Info&tanya jawab

Rabu, 17 Oktober 2018

Puncak Musim Kemarau, Harga Air di Kokotobo Tembus 300 Ribu per Meter Kubik

Foto:  Henk Snef Liethh


Memasuki puncak musim kemarau, warga desa Kokotobo di kecamatan Adonara Tengah mulai kesulitan air. Kebutuhan air yang dipasok dengan jaringan pipa dari desa Nimun Danibao tidak lagi terpenuhi. Keran air mengering karena debit sumber mata air tidak mencukupi.
Warga pun beralih ke sumber air dari desa setempat, yaitu wai Kuyo yang terletak hampir dua kilometer di utara. Sumber air ini tetap mengalir di musim kemarau. Tetapi letak mata air ini  lebih rendah dari letak desa.
Untuk kebutuhan mandi dan cuci, warga mendatangi sumber air ini. Sementara untuk kebutuhan masak dan minum, mereka harus membawa air dari sana. Jarak yang mesti ditempuh sejauh 1.9 kilometer.
Selain mengambil langsung dari sumber air, warga setempat pun dapat memanfaatkan layanan air bersih yang dipasok dari mobil dump truck. Tetapi mereka harus merogoh kocek dalam-dalam karena harga air terbilang cukup mahal.
"Untuk satu kemasan matex (30 liter) dibayar seharga sepuluh ribu rupiah," ungkap Suban Kia, Warga Kokotobo di akun medsosnya. Harga yang sama dipatok untuk setiap tiga jerry can masing-masing sepuluh liter, demikian tuturnya.
Penetapan harga ini hampir menyamai harga air dalam kemasan galon yang dipatok lima ribu rupiah per galon (19 liter). Harga air dari dump truck ini kalau dihitung per liternya mencapai Rp. 333.- Maka total harga air per kubik  menjadi Rp 333.000.- Sebagai perbandingan, tagihan air PAM di perkotaan tidak lebih dari sepuluh ribu rupiah setiap meter kubik.
"Bisa-bisa kami sebagai warga bekerja mendapatkan uang hanya untuk membeli air ini saja," demikian pungkas Suban. (Teks: Suban Kia, Edit: Simpet)

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar